Melihat Potensi Anak Nagari Sendiri
Buku berdampak besar pada perkembangan pengetahuan dan pola pikir manusia. Itulah sebabnya mengapa penting membaca buku. Kecintaan terhadap buku harus dilahirkan sejak dini agar ia mengikut dan mendarah daging sebagai suatu kebiasaan yang menghasilkan. Seringnya, tidak semua orang beruntung mengakses banyak buku untuk mengisi kekayaan pikiran mereka. Begitu banyak gerakan literasi yang mendongkrak dan berusaha memaksimalkan kinerja masing-masing untuk mewujudkan generasi yang melek buku. Maka kami pun melakulan hal yang sama. Memulai dari yang terdekat. Anak nagari.
Menyaksikan mata mereka yang berbinar-binar setiap hari tak sabar ingin tahu apa kira-kira pelajaran yang akan mereka dapat hari ini, adalah sesuatu yang sangat luar biasa tak bisa diungkai dengan kata-kata batinnya. Kami tidak punya banyak buku anak-anak. Bahkan memang tidak punya. Lalu apa yang bisa kami lakukan?
Batang Kapas adalah sebuah Nagari kecil di Pesisir Selatan, Kota Painan, Sumatera Barat. Dimana buku yang kita temukan adalah sebatas lembaran kerja siswa atau buku paket yang biasanya terjajar di perpustakaan sekolah. Bukankah sekolah menyediakan perpustakaan dengan ragam buku? Tentu saja. Tapi pertanyaannya. Siapa yang sudi membersihkan buku-buku itu dari debu kalau bukan pustakawan yang sedang bertugas atau anak-anak yang piket? Mereka tidak terbiasa meluangkan waktu berlama-lama di perpustakaan atau hanya sekedar meminjam buku. Semua generasi setidaknya dari umur Taman Kanak-kanak sudah bisa disibukkan dengan gadget dan berbagai fasilitas yang ada di dalamnya. Siapa yang meng-handle pergerakan pencarian mereka? Tidak ada. Karena orang tua mereka setengahnya adalah petani yang menggunakan gadget untuk menyambung distribusi, selebihnya sebagai senjata untuk membuat anak-anak diam dan tak mengganggu kegiatan mereka.
Bunga Padi berusaha menengahi hal itu. Sulit tumbuh dalam Nagari yang tidak menganggap penting buku atau hal-hal lain di luar sekolah. Tumbuh di antara kemauan anak-anak yang meningkat dan orang tua mereka yang merendah. Kadang kita juga butuh pembahasaan yang sederhana, sebuah literatur kecil sehingga mereka paham dan mengerti bahwa ada tujuan dalam setiap hal yang kami lakukan.
Jadilah kami membuat taman belajar untuk anak-anak Nagari tersebut dengan awalan bimbingan belajar. Mengajari mereka membaca, menulis dan mata pelajaran. Membantu mengerjakan PR dari sekolah. Hingga kemudian anak-anak itu bersemangat untuk lebih banyak tahu.
Mendownload buku-buku gratis yang disediakan oleh internet dan mencetaknya. Terdengar sangat tidak sehat. Tapi begitulah. Buku-buku itu tidak kami gunakan untuk komersil, tidak juga diperjual belikan. Betapa bahagianya hati mereka begitu mereka tahu akan diberi buku sesuai dengan apa yang mereka suka.
Mari kita bersulang, hari masih panjang.
Salam literasi.
004ZW
Comments
Post a Comment